≡ Menu

Pekerjaan Yang Dilakukan Oleh Nabi-Nabi Dan Yang Tercatat Didalam al-Quran


Islam menekankan umatnya supaya bercucuktanam dan mengangkat ke darjat yang tinggi serta memberikan pahala kepada pelakunya. Tetapi di balik itu Islam sangat benci kalau umatnya itu membatasi aktivitasnya hanya pada bidang pertanian atau terbatas bergelimang di dasar laut.

Islam tidak menggalakkan umatnya menganggap cukup dalam bertani saja dan mengikuti ekor lembu. Ini dapat mengurangi keperluan umat yang sekaligus dihadapkan kepada suatu bahaya. Oleh kerana itu tidak hairanlah kalau Rasulullah s.a.w. pernah menegaskan, bahwa cara semacam itu merupakan sumber bencana dan bahaya serta kehinaan yang meliliti umat. Kenyataan ini dapat dibenarkan oleh keadaan.

Untuk itu maka Rasulullah s.a.w. telah bersabda: “Apabila kamu jual-beli dengan lengah dan kamu berpegang pada ekor-ekor sapi, dan senang bercucuk-tanam serta meninggalkan jihad, maka Allah akan memberikan suatu kehinaan atas kamu yang tidak dapat dilepaskan dia, sehingga kamu kembali kepada ajaran agamamu.” (Riwayat Abu Daud)

Kalau begitu, maka sudah seharusnya disamping bertani ada juga perusahaan dan mata-pencaharian lain yang kiranya dapat memenuhi unsur-unsur penghidupan yang baik dan standard umat yang tinggi dan bebas, serta negara yang kuat dan kayaraya. Mata-pencarian dan perusahaan-perusahaan ini bukan hanya dipandang mubah oleh Islam, bahkan sesuai dengan penegasan para ulama dipandangnya sebagai fardhu kifayah’ dengan pengertian, bahwa masyarakat Islami harus memperbanyak dari kalangan umatnya orang-orang yang berpengetahuan, memperbanyak perusahaan dan mata-pencaharian yang kiranya dapat mencukupi keperluan masyarakat itu dan dapat mengatasi segala urusannya.

Maka apabila terjadi suatu kekosongan baik dari segi pengetahuan ataupun perusahaan dan tidak
ada yang mengurusnya, maka seluruh masyarakat Islam itu akan berdosa, khususnya ulil amri (kepala exekutif) dan ahlul hili wal aqdi (lembaga legislatif). Imam Ghazali berkata: “Adapun yang termasuk fardhu kifayah, yaitu semua ilmu yang sangat diperlukan sebagai standard untuk mengurusi persoalan-persoalan semasa, seperti ilmu kedoktoran, kerana dia itu amat diperlukan demi menjaga kestabilan tubuh dan seperti ilmu matematik sebagai yang sangat diperlukan untuk urusan mu’amalat, pembagian wasiat, waris, dan lain-lain.

Kambing Aqiqah Murah Indonesia

Ilmu-ilmu ini kalau sesuatu negara itu kekosongan orang-orang yang mengerti urusan tersebut, maka seluruh penduduk negeri tersebut berdosa. Tetapi kalau ada seorang yang bekerja untuk persoalan ini, sudah dianggap cukup dan gugurlah kewajiban itu dari yang lain. Justru itu tidak hairanlah kalau kita katakan: Bahwa ilmu kedoktoran (kesehatan) dan hisab termasuk fardhu kifayah. Begitu juga cabang perindustrian seperti ilmu pertanian, tekstil dan siasah bahkan ilmu bekam dan klermaker termasuk juga fardhu kifayah. Sebab kalau suatu negara tiada ahli bekam, niscaya kebinasaan mengancam, yang berarti pula mereka menyerahkan dirinya kepada  kebinasaan.

BACA:  Tangguh Menunaikan Nazar Kerana Uzur. Apakah Hukumnya? Ini Jawapannya

Padahal Allahlah yang menurunkan penyakit, Dia juga menurunkan ubatnya dan Ia membimbing umat manusia untuk menggunakan ubat-ubatan tersebut dan telah juga dipersiapkan cara-cara untuk menemukannya. Oleh kerana itu kita tidak boleh mencampakkan diri kepada kebinasaan dengan cara meremehkan persoalan tersebut. Al-Quran telah mengisyaratkan supaya memperbanyak bidang-bidang perindustrian dengan disebutnya sebagai nikmat kurnia Allah.

Misalnya firman Allah yang menceriterakan tentang Nabi Daud: “Dan Kami lunakkan besi baginya. Hendaklah kamu membuat baju besi yang panjang dan ukurlah dalam lubangnya.”  (Saba’: 10- 11) “Dan Kami ajar dia untuk membuat pakaian buat kamu untuk menjaga kamu dari bahayamu, apakah kamu mau berterimakasih?” al-Anbiya’: 80) Kemudian tentang Nabi Sulaiman, Allah berfirman juga: “Dan Kami alirkan kepadanya mata air tembaga, dan dari antara jin ada yang bekerja di hadapannya dengan izin Tuhannya, dan barangsiapa yang berpaling di antara mereka dari perintah Kami, maka akan Kami rasakan dia dari siksaan api yang, menyala. Para jin itu bekerja untuk Sulaiman menurut apa yang ia inginkan, misalnya gedung-gedung yang tinggi, patung patung dan piring-piring model kolam dan kuali yang tetap. Kerjakanlah hai keluarga Daud dengan penuh kesyukuran.” (Saba’: 12-13)

Dan tentang Dzul Qarnain dengan dinding raksasanya (great wall) itu, Allah berfirman: “Dia berkata: Apa yang Tuhanku tetapkan aku padanya lebih baik. Oleh kerana itu bantulah aku dengan sungguh-sungguh, maka akan kubuat satu bendungan (pembatas) antara kamu dan mereka. Bawalah kepadaku kepingan-kepingan besi sehingga apabila sudah sama antara dua gunung itu, ia pun berkata: Tiuplah. Sehingga apabila ia telah jadikan api, maka ia berkata: Bawalah kepadaku akan kutuangi tembaga di atasnya. Dengan demikian maka mereka tidak dapat mendakinya dan tidak dapat melubanginya.” (al-Kahfi: 95-97)

Selanjutnya tentang kisah Nabi Nuh dengan cara membuat perahunya, dimana Allah memberikan isyarat betapa besarnya perahunya itu bagaikan gunung yang akan mengarungi laut. Maka firman Allah: “Di antara tanda-tanda kekuasaan Allah ialah adanya perahu di laut bagaikan gunung.” (as-Syura: 32) Dalam beberapa surah, Allah banyak menyebutkan tentang masalah cara-cara berburu dengan segala macam bentuk dan jenisnya, sejak dari cara berburu ikan dan binatang-binatang laut sampai kepada berburu binatang darat. Disebutkan juga bagaimana cara menyelam untuk mengeluarkan lulu’ (mutiara), marjan dan sebagainya. Lebih dari itu semua, al-Quran telah menyadarkan manusia akan nilai daripada besi yang belum pernah dibicarakan oleh kitab-kitab agama sebelumnya.

Maka setelah Allah menyebutkan tentang diutusnya para Rasul dan diturunkannya kitab,
kemudian Allah berfirman: “Dan kami turunkan besi, yang padanya ada kekuatan yang sangat dan bermanfaat buat manusia.” (al-Hadid: 25) Oleh kerana itu tidak hairanlah, kalau surah yang membicarakan masalah besi ini disebut juga surah al-Hadid (besi). Seluruh perusahaan dan mata-pencaharian yang dapat menutupi kebutuhan masyarakat atau yang dapat mendatangkan manfaat yang nyata, maka semua itu termasuk amal saleh apabila semua itu dilakukan dengan ikhlas dan dilaksanakan menurut perintah agama.

BACA:  Kadang-Kadang Kita Hairan Dari Mana Datang Perangai Tak Elok Anak Kita. Sila Baca Selanjutnya.

Islam menganggap tinggi beberapa pekerjaan yang kadang-kadang oleh manusia dinilai sangat rendah, misalnya menggembala kambing yang biasa diabaikan oleh manusia. Malah mereka tidak mau menilainya sebagai pekerjaan yang baik. Namun Rasulullah s.a.w. tetap berkata: “Allah tidak mengutus seorang Nabi pun melainkan dia itu menggembala kambing. Waktu para sahabat mendengar perkataan itu, mereka kemudian bertanya: Dan engkau, ya Rasulullah? Jawab Nabi: Ya! Saya juga menggembala kambing dengan upah beberapa karat, milik penduduk Makkah.”(Riwayat Bukhari)

Muhammad sebagai utusan Allah dan penutup sekalian Nabi, juga menggembala kambing, dan itupun bukan kambingnya sendiri tetapi ia menggembala dengan upah milik sebagian penduduk Makkah. Diterangkannya ini kepada umatnya untuk mengajar mereka, bahwa kebesaran justru dimiliki oleh orang-orang yang suka bekerja, bukan oleh orang yang suka berfoya-foya dan  penganggur.

Al-Quran pun mengkisahkan kepada kita tentang kisah Nabi Musa a.s., bahwa dia juga bekerja sebagai buruh bagi seorang yang sangat tua. Dia bekerja sebagai buruh selama 8 tahun sebagai persyaratan untuk dikawinkan dengan salah seorang puterinya. Nabi Musa dinilai orang tua tersebut sebagai pekerja yang baik dan buruh yang terpuji. Maka benarlah dugaan puteri orang tua itu, di mana salah satunya ada yang berkata: “Hai, ayah! Ambillah buruh dia itu, kerana sebaik-baik orang yang engkau ambil buruh haruslah orang yang kuat dan terpercaya.” (alQashash:
26).

Ibnu Abbas meriwayatkan, bahwa Daud bekerja sebagai tukang besi untuk membuat baju besi. Adam bekerja sebagai petani, Nuh sebagai tukang kayu, Idris sebagai klermaker sedang Musa sebagai penggembala kambing. (Riwayat Hakim). Untuk itulah setiap muslim harus menyiapkan diri untuk mencari pencaharian, sebab tidak seorang nabi pun kecuali bekerja dalam salah satu lapangan pencaharian.

Nabi Muhammad s.a.w. dalam salah satu hadisnya mengatakan: “Tidak makan seseorang satu makanan sedikitpun yang lebih baik, melainkan dia makan atas usahanya sendiri,dan Nabi Daud makan dari hasil pekerjaanya sendiri.” (Riwayat Bukhari)

sumber: Yang Halal Dan Haram, Yusuf Qardhawi

Kambing Aqiqah Murah Indonesia
Loading...

Minat menulis artikel? Inilah peluang untuk anda. Hantar artikel anda di sini: www.islamituindah.info/hantar-artikel